Aku sedang menyantap makan siang di sebuah cafe
yang terletak di lantai dasar gedung kantorku. Hari itu aku ditemani Pak Erwan,
manajer IT perusahaanku dan Lia, sekretarisku. Biasanya aku makan siang hanya
dengan Lia, sekretarisku, untuk kemudian dilanjutkan dengan acara bobo siang
sejenak sebelum kembali lagi ke kantor. Tetapi hari itu sebelum aku pergi, Pak
Erwan ingin bertemu untuk membicarakan proyek komputerisasi, sehingga aku ajak
saja dia untuk bergabung menemaniku makan siang.
Aku dan Pak Erwan berbincang-bincang mengenai
proyek implementasi software dan juga tambahan hardware yang diperlukan. Memang
perusahaanku sedang ingin mengganti sistem yang lama, yang sudah tidak dapat
memenuhi kebutuhan perusahaan yang terus berkembang. Sedangkan Lia sibuk
mencatat pembicaraan kita berdua.
Sedang asyik-asyiknya menyantap steak yang kupesan,
tiba-tiba handponku berbunyi. Kulihat caller idnya.. Dari Santi.
“Hallo Pak Robert. Kapan nih kesini lagi” suara
merdu terdengar diseberang sana.
“Oh iya. Nanti sebentar lagi saya ke sana. Saya
sedang makan siang nih. Bapak tunggu
sebentar ya” jawabku.
“He.. He.. Sedang nggak bisa ngomong ya Pak” Santi
menggoda.
“Betul Pak.. OK sampai ketemu sebentar lagi ya”
kataku sambil menutup pembicaraan.
“Dari klien” kataku.
Aku sangat hati-hati tidak mau affairku dengan
Santi tercium oleh mereka. Hal ini mengingat Pak Arief, suami Santi, adalah
manajer keuangan di kantorku. Kebetulan Pak Arief ini sedang aku kirim training
ke Singapore, sehingga aku bisa leluasa menikmati istrinya.
Seusai menikmati makan siang, aku berkata pada Lia
bahwa aku akan langsung menuju tempat klienku. Seperti biasa, aku minta supaya
aku tidak diganggu kecuali kalau ada emergency. Kamipun berpisah.. Mereka
kembali ke lantai atas untuk bekerja, sedangkan aku langsung menuju tempat
parkir untuk berangkat mengerjai istri orang he.. He..
Setelah kesal karena terjebak macet, sampai jugalah
aku di rumah Santi. Hari sudah menjelang sore. Bayangkan saja, sudah beberapa
jam aku di jalan tadi. Segera kuparkirkan Mercy silver metalik kesayanganku,
dan memencet bel rumahnya. Santi sendiri yang membukakan pintu. Dia tersenyum
gembira melihat kedatanganku.
“Aih.. Pak Robert kok lama sih” katanya.
“Iya.. Tadi macet total tuh.. Rumah kamu sih jauh..
Mungkin di peta juga nggak ada”
candaku.
“Bisa aja Pak Robert..” jawab Santi sambil tertawa
kecil.
Dia tampak cantik dengan baju “you can see” nya
yang memperlihatkan lengannya yang mulus. Buah dadanya tampak semakin padat
dibalik bajunya. Mungkin karena sudah beberapa hari ini aku remas dan hisap
sementara suaminya aku “asingkan” di negeri tetangga.
Kamipun masuk ke dalam rumah dan aku langsung duduk
di sofa ruang keluarganya. Santi menyuguhkan orange juice untuk menghilangkan
dahagaku. Nikmat sekali meminum orange juice itu setelah lelah terjebak macet
tadi. Dahagakupun langsung hilang, tetapi setelah melihat Santi yang cantik,
dahagaku yang lainpun muncul. Aku masih bernafsu melihat Santi, meskipun telah
lima hari berturut-turut aku setubuhi dia.
Kucium bibirnya sambil tanganku mengelus-elus
pundaknya. Ketika aku akan membuka bajunya, dia menahanku.
“Pak.. Santi ada hadiah nih untuk bapak”
“Apaan nih?” jawabku senang.
“Ini ada teman Santi yang mau kenal sama bapak.
Orangnya cantik banget.”
Lalu dia bercerita kalau dia berkenalan dengan
seorang wanita, Susan, saat dia sedang berolahraga di gym. Setelah mulai akrab,
merekapun bercerita mengenai kehidupan sex mereka. Singkat cerita, Susan
menawarkan untuk berpesta sex sambil bertukar pasangan di rumah mereka.
“Dia ingin coba ini bapak. Katanya belum pernah
lihat yang sebesar punya Pak Robert” kata
Santi sambil meraba-raba kemaluanku.
“Saya sih OK saja” jawabku riang.
“Oh ya.. Nanti pura-pura saja Pak Robert suamiku”
kata Santi sambil pamit untuk menelpon kenalan barunya itu.
Aku dan Santi kemudian meluncur menuju rumah Susan
di kawasan Kemang. Untung jalanan Jakarta sudah agak lengang. Tak lama kamipun
sampai di rumahnya yang luas. Seorang satpam tampak membukakan pintu garasi.
Santipun menjelaskan kalau kami sudah ada janji dengan majikannya. Susan
menyambut kami dengan ramah.
“Ini perkenalkan suami saya”
Seorang laki-laki paruh baya dengan kepala agak
botak memperkenalkan diri. Namanya Harry, seorang pengusaha properti yang
sukses. Santipun memperkenalkan diriku pada mereka.
Aku kagum pada rumah mereka yang sangat luas.
Dengan perabot-perabot yang mahal, juga koleksi lukisan-lukisan pelukis
terkenal yang tergantung di dinding. Bayangkan saja betapa kayanya mereka,
karena orang sekelas aku saja kagum melihat rumahnya yang sangat wah itu.
Tetapi aku lebih kagum melihat Susan. Wanita ini
memang cantik sekali. Terutama kulitnya yang putih dan mulus sekali. Ibaratnya
kalau dihinggapi nyamuk, si nyamuk akan jatuh tergelincir. Disamping itu
bodynya tampak seksi sekali dengan buah dada yang besar dan bentuk tubuh yang
padat. Sekilas mengingatkan aku pada bintang film panas di jaman tahun
80-an..
Entah siapa namanya itu.
Merekapun menyuguhkan makan malam. Kamipun
bercerita basa-basi ngalor ngidul sambil menikmati hidangan yang disediakan.
Ditengah makan malam itu, Santi pamit untuk ke toilet. Dengan matanya dia
mengajakku untuk mengikuti dia.
“Pak, habis ini pulang aja yuk” kata Santi berbisik
perlahan setelah keluar dari ruang makan.
“Kenapa?” tanyaku.
“Habisnya Santi nggak nafsu lihat Pak Harry itu.
Sudah tua, botak, perutnya buncit lagi”.
Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja
tidak menyetujui permintaan Santi. Aku sudah ingin menikmati istri Pak Harry
yang cantik sekali seperti boneka itu. Kupaksa saja Santi untuk kembali ke
ruang makan.
Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil
nonton video porno untuk membangkitkan gairah kami. Tak lama, seorang gadis
pembantu kecil datang untuk menyuguhkan buah-buahan. Tetapi mungkin karena
kaget melihat adegan di layar TV home theater itu, tanpa sengaja dia
menjatuhkan gelas kristal sehingga pecah berkeping-keping. Kulihat tampak Susan
melotot memarahi pembantunya itu, sedangkan si pembantu kecil itu tampak
ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali.
Adegan di TV tampak semakin hot saja. Tampak Pak
Harry mulai mengerayangi tubuh Santi di sofa seberang. Sedangkan Santi tampak
ogah-ogahan melayaninya.
“Sebentar Pak.. Santi mau lihat filmnya dulu”
Aku tersenyum mendengar alasan Santi ini. Sementara
itu Susan minta ijin ke dapur sebentar. Akupun mencoba menikmati adegan di
layar TV. Meskipun sebenarnya aku tidak perlu lihat yang seperti ini, mengingat
tubuh Susan sudah sangat mengundang gairahku. Tak lama akupun merasa ingin
buang air kecil, sehingga akupun pamitan ke belakang.
Setelah dari toilet, aku berjalan melintasi dapur
untuk kembali ke ruang keluarga. Kulihat di dalam, Susan sedang berkacak
pinggang memarahi gadis kecil pembantunya tadi.
“Ampun non.. Sri nggak sengaja” si gadis kecil
memohon belas kasihan pada majikannya,
Susan yang cantik itu.
“Nggak sengaja nggak sengaja. Enak saja kamu bicara
ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji kamu tahu!!” bentak Susan.
“Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu..”
Si gadis kecil itu terdiam sambil terisak-isak.
Sementara wajah Susan menampakkan kepuasan setelah mendamprat pembantunya
habis-habisan. Mungkin betul kata orang, kalau wanita kurang dapat menyalurkan
hasrat seksualnya, cenderung menjadi pemarah. Melihat adegan itu, aku kasihan
juga melihat si gadis pembantu itu. Tetapi entah mengapa justru hasrat birahiku
semakin timbul melihat Susan yang sepertinya lemah lembut dapat bersikap galak
seperti itu.
“Dasar bedinde.. Verveillen!!” Susan masih terus
berkacak pinggang memaki-maki pembantunya. Dengan tubuh yang putih bersih dan
tinggi, kontras sekali melihat Susan berdiri di depan pembantunya yang kecil
dan hitam.
“Ampun non.. Nggak akan lagi non..”
“Oh Pak Robert..” kata Susan ketika sadar aku
berada di pintu dapur. Diturunkannya tangan dari pinggangnya dan beranjak ke
arahku.
“Sedang sibuk ya?” godaku.
“Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu”
jawabnya sambil tersenyum manis.
“Yuk kita kembali” lanjutnya.
Kamipun kembali ke ruang keluarga. Kulihat Santi
masih menonton adegan di layar sementara Pak Harry mengelus-elus pahanya. Aku
dan Susanpun langsung berciuman begitu duduk di sofa. Aku melakukan “french
kiss” dan Susanpun menyambut penuh gairah.
Kutelusuri lehernya yang jenjang sambil tanganku
meremas buah dadanya yang membusung padat. Susanpun melenguh kenikmatan.
Tangannya meremas-remas kemaluanku. Dia kemudian jongkok di depanku yang masih
duduk di sofa, sambil membuka celanaku. Celana dalamku dielusnya perlahan
sambil menatapku menggoda. Kemudian disibakkannya celana dalamku ke samping
sehingga kemaluankupun mencuat keluar.
“Oh..my god.. Bener kata Santi.. Very big.. I like
it..” katanya sambil menjilat kepala kemaluanku.
Kemudian dibukanya celana dalamku, sehingga
kemaluankupun bebas tanpa ada penghalang sedikitpun di depan wajahnya.
Dielus-elusnya seluruh kemaluan termasuk buah zakarku dengan tangannya yang
halus. Tingkah lakunya seperti anak kecil yang baru mendapat mainan baru.
Kemaluankupun mulai dihisap mulut Susan dengan
rakus. Sambil mengulum dan menjilati kemaluanku, Susan mengerang,emmhh.. emhh,
seperti seseorang yang sedang memakan sesuatu yang sangat nikmat. Kuelus-elus
rambutnya yang hitam dan diikat ke belakang itu.
Sambil menikmati permainan oral Susan, kulihat
suaminya sedang mendapat handjob dari Santi. Tampak Santi mengocok kemaluan Pak
Harry dengan cepat, dan tak lama terdengar erangan nikmat Pak Harry saat dia
mencapai orgasmenya. Santipun kemudian meninggalkan Pak Harry, mungkin dia
pergi ke toilet untuk membersihkan tangannya.
Sementara itu Susan masih dengan bernafsu menikmati
kemaluanku yang besar. Memang kalau kubandingkan dengan kemaluan suaminya,
ukurannya jauh berbeda. Apalagi setelah dia mengalami orgasme, tampak kemaluan
Pak Harry sangat kecil dan tertutup oleh lemak perutnya yang buncit itu. Tak
heran bila istrinya sangat menikmati kemaluanku.
Tak lama Santipun kembali muncul di ruang itu, dan
menghampiriku. Susan masih
berjongkok di depanku sambil mempermainkan lidahnya
di batang kemaluanku. Santi duduk di sampingku dan mulai menciumiku. Dibukanya
bajuku dan puting dadakupun dihisapnya. Nikmat sekali rasanya dihisap oleh dua
wanita cantik istri orang ini. Seorang di atas yang lainnya di bawah. Sementara
Pak Harry tampak menikmati pemandangan ini sambil berusaha membangkitkan
kembali senjatanya yang sudah loyo.
Kuangkat baju Santi dan juga BHnya, sehingga buah
dadanya menantang di depan wajahku. Langsung kuhisap dan kujilati putingnya.
Sementara tanganku yang satu meremas buah dadanya yang lain. Sementara Susan
masih mengulum dan menjilati kemaluanku.
Setelah puas bermain dengan kemaluanku, Susan
kemudian berdiri. Dia kemudian melepaskan pakaiannya hingga hanya kalung
berlian dan hak tingginya saja yang masih melekat di tubuhnya. Buah dadanya
besar dan padat menjulang, dengan puting yang kecil berwarna merah muda. Aku
terkagum dibuatnya, sehingga kuhentikan kegiatanku menghisapi buah dada Santi.
Susan kemudian menghampiriku dan kamipun berciuman kembali dengan bergairah.
“Ayo isap susu ik ” pintanya sambil menyorongkan
buah dada sebelah kanannya ke mulutku.
Tak perlu dikomando lagi langsung
kuterkam buah dadanya yang kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati sepuasnya.
Susanpun mengerang kenikmatan.
Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian
berbalik membelakangiku. Diapun jongkok sambil mengarahkan kemaluanku ke dalam
vaginanya yang berambut tipis itu. Kamipun bersetubuh dengan tubuhnya duduk di
atas kemaluanku menghadap suaminya yang masih berusaha membangunkan perkakasnya
kembali. Kutarik tubuhnya agak kebelakang sehingga aku dapat menciumi kembali bibirnya
dan wajahnya yang cantik itu.
“Eh.. Eh.. Eh..” dengus Susan setiap kali aku
menyodokkan kemaluanku ke dalam vaginanya.
Aku terus menyetubuhinya sambil
meremas-remas buah dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi pundaknya yang
mulus.
Sementara itu Santi bersimpuh di ujung sofa sambil
meraba-raba buah zakarku, sementara aku sedang menyetubuhi Susan. Terkadang
dikeluarkannya kemaluanku dari vagina Susan untuk kemudian dikulumnya. Setelah
itu Santi memasukkan kembali kemaluanku ke dalam liang surga Susan.
Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta
Susan untuk menungging di sofa. Aku ingin menggenjot dia dari belakang.
Kusetubuhi dia “doggy-style” sampai kalung berlian dan buah dadanya yang besar
bergoyang-goyang menggemaskan. Kadang kukeluarkan kemaluanku dan kusodorkan ke
mulut Santi yang dengan lahap menjilati dan mengulumnya. Benar-benar nikmat
rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini.
“Ahh.. Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That’s right.. Aha..
Aha..” begitu erangan Susan menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya. Hal
itu menambah suasana erotis di ruangan itu.
Sementara Pak Harry rupanya telah berhasil
membangunkan senjatanya. Dihampirinya Santi dan ditariknya menuju sofa yang
lain di ruangan itu. Santipun mau tak mau mengikuti kemauannya. Memang sudah
perjanjian bahwa aku bisa menikmati istrinya sedangkan Pak Harry bisa menikmati
“istriku”.
Sementara itu, aku masih menggenjot Susan secara
doggy-style. Sesekali kuremas buah dadanya yang berayun-ayun akibat dorongan
tubuhku. Kulihat Pak Harry tampak bernafsu sekali menyetubuhi Santi dengan gaya
missionary. Tak beberapa lama kudengar erangan Pak Harry. Rupanya dia sudah
mencapai orgasme yang kedua kalinya.
Santipun tampak kembali pergi meninggalkan ruangan.
Sementara aku masih menyetubuhi Susan dari belakang sambil berkacak pinggang.
Setelah itu kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia lagi, kali ini dari depan.
Sesekali kuciumi wajah dan buah dadanya, sambil terus kugenjot vaginanya yang
sempit itu.
“Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love your big
cock..” Susan terus meracau kenikmatan.
Tak lamapun tubuhnya mengejang dan dia menjerit
melepaskan segala beban birahinya. Akupun sudah hampir orgasme. Aku berdiri di
depannya dan kusuruh dia menghisap kemaluanku kembali. Sementara, aku lirik ke
arah Pak Harry, dia sedang memperhatikan istrinya mengulumi kemaluanku. Kuremas
rambut Susan dengan tangan kiriku, dan aku berkacak pinggang dengan tangan
kananku.
Tak lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku ke
mulut Susan. Diapun menelan spermaku itu, walaupun sebagian menetes mengenai
kalung berliannya. Diapun menjilati bersih kemaluanku.
“Thanks Robert.. I really enjoyed it” katanya
sambil membersihkan bekas spermaku di
dadanya.
“No problem Susan.. I enjoyed it too.. Very much”
balasku.
Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa
saat sambil menikmati desert yang disediakan. Kamipun berjanji untuk
melakukannya lagi dalam waktu dekat.
Dalam perjalanan pulang, Santi tampak kesal. Dia
diam saja di dalam mobil. Akupun tidak begitu menghiraukannya karena aku sangat
puas dengan pengalamanku tadi. Akupun bersenandung kecil mengikuti alunan suara
Al Jarreau di tape mobilku.
“We’re in this love together..”
“Kenapa sih sayang?” tanyaku ketika kami telah
sampai di depan rumahnya.
“Pokoknya Santi nggak mau lagi deh” katanya.
“Habis Santi nggak suka sama Pak Harry. Udah gitu
mainnya cepet banget. Santi nanggung
nih.”
Akupun tertawa geli mendengarnya.
“Kok ketawa sih Pak Robert.. Ayo.. Tolongin Santi
dong.. Santi belum puas.. Tadi Santi
horny banget lihat bapak sama Susan make
love” rengeknya.
“Wah sudah malam nih.. Besok aja ya.. Lagian saya
ada janji sama orang”.
“Ah.. Pak Robert jahat..” kata Santi merengut
manja.
“Besok khan masih ada sayang” hiburku.
“Tapi janji besok datang ya..” rengeknya lagi saat
keluar dari mobilku.
“OK so pasti deh.. Bye”
Sebenarnya aku tidak ada janji dengan siapa-siapa
lagi malam itu. Hanya saja aku segan memakai Santi setelah dia disetubuhi Pak
Harry tadi. Setidak-tidaknya dia harus bersih-bersih dulu.. He.. He.. Mungkin
besok pagi saja aku akan menikmatinya kembali, karena Pak Arief toh masih
beberapa hari lagi di luar negeri.
Kukebut mobilku mengarungi jalan tol di dalam kota.
Semoga saja aku masih dapat melihat film bagus tayangan HBO di TV nanti.
Baca juga :
No comments:
Post a Comment