Keesokan harinya aku mengajaknya jalan-jalan
menikmati kota Jakarta serta sempat berkenalan dengan Ratna dan cowoknya yang
kebetulan bertemu waktu lagi shopping di TA. Royal juga saudaraku yang satu
ini, belanjaannya banyak dan semuanya bermerk, aku saja sampai geleng-geleng
kepala melihatnya.
Malamnya sepulang dari undangan yang diadakan di
sebuah restoran mewah di ibukota, aku langsung menjatuhkan diri ke kasur
setelah melepaskan gaun pestaku dan menyisakan celana dalam pink saja. Aku
rebahan bugil di ranjang merenggangkan otot-ototku sambil menunggu Yessica yang
sedang memakai kamar mandi, dia tadi minum alkohol lumayan banyak, kemungkinan
dia muntah-muntah di dalam sana kali pikirku.
“Yes, sekalian ambilin kaos gua di gantungan baju
di dalam dong,” pintaku ketika dia keluar limabelas menit kemudian, matanya
nampak sayu karena pengaruh alkohol dan kelelahan.
Dia memberikan kaos itu padaku lalu memintaku
membantu melepaskan kait belakang gaun malamnya. Setelah memakai kaos, aku
membuka kait dan menurunkan resleting gaunnya.
Yessica pun memeloroti gaunnya
sehingga nampaklah dadanya yang montok, ukurannya tidak beda jauh dengan
milikku, cuma putingnya lebih kecil sedikit dari punyaku. Hanya dengan
bercelana dalam G-string dia berjongkok di depan kopornya mencari pakaian
tidur.
“Kenapa Ci? Kok ngeliatin gua terus, jangan-jangan
lu..?” katanya nyengir karena merasa kulihat terus tubuhnya sambil
membanding-bandingkan dengan tubuhku.
“Yee.. Nggak lah yaw!! Dasar negative thinking aja
lo ah!” ujarku sambil tertawa.
Malam itu, sambil berbaring kami ngobrol-ngobrol,
pembicaraan kami cukup seru dari masalah fashion, kuliah, cinta dan sex
sehingga bukannya tertidur, kami malah larut dalam obrolan dan canda-tawa.
Terlebih lagi ketika memasuki topik seks dan aku menceritakan secara gamblang
kehidupan seksku yang liar, dia terkagum-kagum akan keliaranku dan kelihatannya
dia juga terangsang.
Namun ketika gilirannya bercerita, suasana jadi
serius, di sini dia menceritakan dirinya sedang ribut besar dengan pacarnya
yang selingkuh dengan cewek lain, aku dengan penuh perhatian mendengarnya
curhat padaku. Nampak matanya berkaca-kaca dan setetes air mata menetes dari
matanya yang sipit, dia memeluk bantal lalu menangis tersedu-sedu dibaliknya.
Sebagai wanita yang sama-sama pernah dikhianati
pria, aku juga mengerti perasaannya, maka kurangkul dia dan kuelus-elus
punggungnya untuk menenangkannya. Aku berusaha keras menghiburnya agar tidak
terlalu larut dalam kesedihan dan memberikan air putih padanya.
Beberapa saat kemudian tangisnya mulai mereda,
dengan masih sesegukan dia memanggil namaku.
“Hh-mm.. Apa?”
“Ci, tadi lu bilang lu pernah bikin film bokep
pribadi kan ya (adeganku yang disyuting Verna, baca ‘Pembalasan Verna’)?”
“Mm.. Iya, so what?” jawabku sambil mengangguk.
“Boleh gua liat nggak, hitung-hitung penghilang
stress.. Boleh ya?”
“Ehh.. Eh.. Gimana ya? Sekarang?” aku bingung
karena risih juga kalau film pribadiku dilihat orang lain.
Akhirnya karena didesak terus dan mengingat
sama-sama cewek ini, akupun menyerah. Kunyalakan komputer di seberang ranjangku
dan mengambil VCD-nya yang kusimpan di lemari. Yessica adalah orang pertama di
luar geng-ku yang pernah menonton vcd ini. Gambar di layar komputer
memperlihatkan diriku sedang dikerjai para tukang bangunan, serta adegan sex
massal dimana Verna juga belakangan ambil bagian didalamnya membuat jantung
kami berdebar-debar. Yessica nyengir-nyengir ketika melihatku yang tadinya
berontak akhirnya takluk dan menikmati diperkosa oleh empat kuli bangunan itu.
“Hi… hi… hi… Malu-malu mau nih yee!” godanya yang
kutanggapi dengan mencubit pahanya.
Aku merasakan vaginaku becek setelah menonton film
yang kubintangi sendiri itu, kurasa hal yang sama juga dialami oleh Yessica
karena waktu nonton tadi dia sering menggesek-gesekkan pahanya.
“Ci, gua juga mau dong bikin bokep pribadi kaya lu”
pintanya yang membuatku kaget.
“Ngaco lu, jangan yang nggak-nggak ah, nanti gua
dibilang ngerusak anak orang lagi, nambah-nambah dosa gua aja!” aku menolaknya.
“Aahh.. Ayolah Ci, lagian gua juga sudah nggak
perawan ini, sudah basah jadi tanggung sekalian aja mandi”
“Jangan Yes, gua nggak enak ke lu”
“Ayolah, gua cuma mau ngebales aja kok, Napoleon
juga membalas berselingkuh waktu tahu
istrinya selingkuh, itu baru adil, ya
kan” katanya sok sejarah.
“Ya.. illah.. Napoleon aja sampai dibawa-bawa,
kalaupun gua mau, bikinnya sama siapa, cowoknya mana?”
“Di villa aja Ci, penjaga villa lu masih kerja di
sana kan? Sekali-kali gua mau coba gimana rasanya kontol kampung nih, please”
Karena didesak terus dan dia sendiri yang minta,
maka akupun terpaksa menyetujuinya, lagian aku sendiri sudah lama tidak
berkunjung ke sana, pasti Pak Joko dan Taryo senang apalagi aku ke sana membawa
‘barang baru’.
Kami tidur sekitar jam duabelas dan bangun jam
delapan pagi. Setelah sarapan, kami mengemasi barang bawaan, lalu pamit pada
mamaku memberitahukan bahwa kami akan ke villa. Aku memakai baju untuk suasana
rileks berupa halter neck merah yang memperlihatkan punggungku dipadu dengan
celana pendek jeans yang ketat. Yessica memakai gaun terusan mini yang
menggantung sejengkal di atas lutut, rambutnya yang panjang diikat ke belakang
dengan jepit rambut Tare Panda. Kami berangkat dari Jakarta sekitar jam sepuluh
dan tiba di tujuan jam satu lebih, gara-gara liburan yang menyebabkan jalan
agak macet.
“Sudah siap lu Yes? Kalau mau berubah pikiran belum
telat sekarang, tapi kalau mereka sudah ngerjain lu, gua nggak bisa apa-apa
lagi” tanyaku ketika sudah mau dekat.
“I’m ready for it, lagian gua juga mau tahu rasanya
diperkosa itu kaya apa” katanya yakin.
Kamipun sampai ke villaku, Pak Joko membuka pintu
garasi beberapa saat setelah kubunyikan klakson.
“Waduh Neng, sudah lama kok nggak ke sini.. Bapak
kangen nih!” sapanya menyambut kami.
“Iya Pak.. habis Citra sibuk banget sih di Jakarta,
kalau libur baru bisa main,” kataku, “O.. Iya Pak, kenalin itu sepupu Citra,
namanya Yessica”
Pak Joko terkagum-kagum memandang Yessica yang baru
saja turun dari mobil, Yessica juga mengangguk dan tersenyum padanya. Kusuruh
Yessica meletakkan dulu tasnya di kamar sementara kami mengeluarkan barang,
setelah dia masuk, Pak Joko berbicara dengan suara pelan padaku.
“Eh.. Neng, Neng Yessica itu boleh dientot apa
nggak, habis nge-gemesin banget sih, ayunya itu loh”
“Idih, Bapak jorok ah.. Dateng-dateng langsung
mikirnya gitu”
“Duh, maaf-maaf Neng kalau nggak boleh, Bapak
khilaf Neng”
“Nggak kok Pak, Bapak nggak salah, justru dia yang
ngajak ke sini minta digituin, malah minta disyuting lagi Pak, Bapak mau kan disyuting,
tenang aja Pak buat koleksi pribadi kok”
Pria setengah baya itu menunjukkan ekspresi senang
mendengar jawabanku, dia langsung bergegas mau menemui Yessica untuk langsung
mulai. Tapi buru-buru kutahan dengan menarik lengannya.
“Eh.. Sabar-sabar Pak nanti dulu dong, kita harus
cari suasana dulu biar lebih hot, lagian kita lapar nih mau makan siang dulu,
Bapak sekalian ikut makan aja yah” kataku sambil menyerahkan sekotak ayam
goreng KFC dan menyuruhnya menyiapkan nasi.
“O iya Pak, si Taryo ada nggak? Mau manggil dia
juga nih” tanyaku pada Pak Joko yang sedang beres-beres.
“Wah kurang tahu tuh Neng, telepon aja dulu”
Aku pun lalu menelepon vila sebelah, baru kujawab
teleponnya setelah beberapa kali di sana bilang ‘halo.. Halo.. Siapa ini?’
untuk mengenali suaranya. Setelah yakin itu suara Taryo aku lalu mengundangnya
ke sini dan mengutarakan maksudku. Tentu dia senang sekali ditawari seperti
itu, tapi dia cuma bisa menemani hari ini saja karena dia bilang besok siang
majikannya mau datang berlibur. Ketika kututup telepon, dibelakangku Yessica
baru saja turun dari tangga lantai atas.
“Ngapain aja lu, lama amat beresin barang, yuk
makan dulu, lapar nih!” kataku.
“Duh sori tadi sakit perut, kepaksa setor dulu ke
WC deh”
Aku memberi usul bagaimana kalau kita makan di
taman belakang dekat kolam renang saja, mumpung cuaca juga bagus, juga kusuruh
Pak Joko menggelar tikar seperti piknik. Ketika lagi beres-beres bel berbunyi,
itu pasti Taryo pikirku. Aku menyuruh Pak Joko meneruskan beres-beres sementara
aku ke depan membukakan pintu.
Taryo, si penjaga villa tetangga, muncul di depan
pintu dan langsung memelukku begitu pintu kututup. Kami berpelukan dengan bibir
saling berpagutan, tangannya mengelusi punggungku turun hingga berhenti di
pantat, di sana dia remas bokongku yang montok. Serasa sepasang kekasih yang
sudah lama tidak bertemu dan saling melepas rindu saja deh, what.. Taryo jadi
kekasihku? Nggak lah yaw.. Just as sex partner!
“Mmhh.. Jangan sekarang ah, mau makan dulu, yuk
sekalian gua kenalin sama sepupu gua!” aku melepaskan pelukannya sebelum dia
bertindak lebih jauh lagi mau memelorotkan celanaku.
“Ehehehe.. habis kangen banget sama neng sih,
apalagi neng tambah cantik kalau rambutnya kaya sekarang” katanya sambil
mengomentari rambutku yang sudah lebih panjang dari yang dulu (kini sudah
menyentuh bahu) dan kembali kuhitamkan.
Aku memberikan piring dan sendok garpu padanya dan
mengajaknya ke taman. Disana Pak Joko dan Yessica juga baru menyendok nasi dan
fried chicken ke piringnya. Kami mulai makan dalam suasana santai, obrolan
nakal mereka meramaikan suasana, malah sekali aku hampir tersedak karena
tertawa. Taryo menenangkan dengan menepuk-nepuk punggungku dan dadaku,
ujung-ujungnya tetap meremas payudaraku.
“Apa sih pegang-pegang malah tambah kesedak tahu!”
omelku sambil menepis tangannya.
Pelan-pelan Yessica mulai terbiasa dengan suasana
seperti ini, dengan keudikan kedua orang ini, bahkan dia pun mulai berani jawab
waktu ditanya aneh-aneh oleh mereka.
“Tuh, pahanya satu lagi, habisin aja Pak!” tawarku.
“Paha? Mana paha?” celoteh si Taryo pura-pura bego
sementara tangannya meraih pahaku.
Langsung kutampik lagi tangannya dan disambut
gelak-tawa. Setelah semua selesai makan limabelas menit kemudian kusuruh Pak
Joko dan Taryo membersihkan perangkat makan dan mencucinya dahulu sekalian
menunggu makanan di perut turun.
“Dah nggak risih lagi kan, habis ini kita action
nih, siap nggak?” tanyaku pada Yessica.
“Siapa takut, lagian gua seneng bisa ngebales si
brengsek itu, biar dia tahu cewek juga bisa selingkuh, apalagi gua selingkuhnya
sama orang yang nggak pernah dia duga” tegasnya.
“Tuh mereka sudah beres Yes, showtime” kataku
melihat kedua penjaga villa itu keluar, “Pak Joko, tolong handycamnya masih di
meja dalam”
Pak Joko pun masuk lagi dan keluar membawa handycamnya.
Kami duduk melingkar di tikar, aku memberi instruksi bak seorang sutradara.
Kuperingatkan pada kedua pria itu agar tidak menyentuhku dulu selama aku
mensyuting, agar hasilnya maksimal, tidak goyang seperti hasil syuting Verna.
Setelah semua siap, keduanya merapatkan duduk
mereka pada Yessica, terlihat dia agak nervous dibuatnya.
“Santai aja Yes, ntar juga enjoy kok” saranku.
Kamera kunyalakan, tanpa disuruh lagi keduanya
sudah mulai duluan. Pak Joko meletakkan tangannya di paha Yessica yang duduk
bersimpuh, tangan itu merabai pahanya secara perlahan dan menyingkap roknya.
Taryo di sebelah kanan meremas payudaranya, sepertinya agak keras karena
Yessica meringis dan mendesah lebih panjang. Sementara lidahnya menjilati leher
jenjang Yessica, ke atas terus menggelikitik kupingnya dan menyapu wajahnya
yang mulus.
Tangan Pak Joko sudah masuk ke dalam rok Yessica
yang tersingkap, diremasinya kemaluannya yang masih tertutup celana dalam putih
tipis yang memperlihatkan bulu kemaluannya. Pria kurus itu juga membuka
resleting celananya hingga penisnya yang sudah tegak menyembul keluar, lalu
tangan Yessica digenggamkan padanya dan disuruh mengocoknya.
Bibir mungilnya dipagut oleh Taryo, mereka
berciuman dengan hot, lidah mereka keluar saling jilat dan belit. Sambil
berciuman Taryo menurunkan resleting punggung Yessica lalu memeloroti bajunya
lewat bahu, juga disuruhnya Pak Joko memeloroti yang sebelah kiri, setelahnya
bra-nya mereka lucuti pula. Kini payudara montok saudaraku yang cantik ini terekspos
sudah.
Pak Joko langsung mencaplok susu kirinya dengan
liar dan ganas, pipinya sampai kempot menyedot benda itu, aku mendekatkan
handycam untuk lebih fokus ke momen itu.
“Gimana Pak? Manis nggak susunya?” tanyaku sambil
mensyuting.
“Mantap neng, ini baru pas susunya!” dia melepas
sebentar emutannya untuk berkomentar
lalu kembali menyusu dan mengorek-ngorek
kemaluannya, tangan lainnya mengelusi punggung Yessica.
Taryo masih terus menciuminya, lidahnya terus
menyapu rongga mulutnya, begitu pula Yessica juga dengan liar beradu lidah
dengannya. Jempol Taryo menggesek-gesek putingnya diselingi pencetan dan
pelintiran. Yessica sendiri makin intens mengocoki penis Pak Joko sehingga
penjaga villaku ini terpaksa menghentikannya karena tidak mau buru-buru keluar.
Kini dia suruh sepupuku merunduk (sehingga
posisinya setengah berbaring ke samping) dan mengoral penisnya. Dengan
bernafsu, Yessica melayani penis Pak Joko dengan mulut dan lidahnya, mula-mula
dia jilati buah pelir dan batangannya dengan pola naik-turun, sampai di
kepalanya sengaja dia gelitik dengan lidahnya dan dikulum sejenak. Pemiliknya
sampai mengerang-ngerang keenakan sambil meremasi payudaranya yang menggantung.
Taryo menarik gaun itu ke bawah hingga lepas,
menyusul celana dalamnya. Setelah menelanjangi Yessica, dia melepaskan bajunya
sendiri. Diobok-oboknya vagina Yessica dengan jari-jarinya, liang itu pun
semakin becek akibat perbuatannya, cairannya nampak meleleh keluar dan
membasahi jarinya.
“Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!” desah Yessica disela-sela
aktivitas menyepongnya.
Kemudian Pak Joko rebahan di tikar dan dia suruh
Yessica naik ke wajahnya, rupanya dia mau menjilati vaginanya. Gantian sekarang
Taryo yang dikaraoke, penisnya yang hitam berurat dan lebih besar dari Pak Joko
dikocok-kocok oleh Yessica yang sedang mengemut pelirnya. Dia
menyentil-nyetilkan lidahnya pada lubang kencingnya sehingga Taryo mengerang
nikmat.
“Ayo dong Neng, masukin aja, jangan cuma bikin geli
gitu” kata Taryo sambil menekan penis itu masuk ke mulutnya, lalu wajahnya pun
dia tekan dalam-dalam saking tidak sabarnya sehingga mata Yessica membelakak
karena sesak.
Dia meronta ingin melepaskan benda itu dari
mulutnya, tapi tangan Taryo yang kokoh menahan kepalanya.
“Sudah dong Tar, jangan sadis gitu ah, bisa mati
tercekik dia, kontol lu kan gede” bujukku agar Taryo memberinya sedikit
kelegaan.
“Non Yessicanya seneng kok Neng, tuh buktinya!”
tangkis Taryo memperlihatkan Yessica yang kini malah memaju-mundurkan kepalanya
mengoral penisnya, tapi kepalanya tetap dipegangi sehingga tidak bisa lepas.
Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang tengah
asyik mengulum penis Taryo, mulutnya penuh terisi oleh batang besar itu
sehingga hanya terdengar desahan tertahan. Kemudian kuarahkan ke bawah
mengambil adegan Pak Joko sedang melumat vaginanya, dia menjulurkan lidahnya
menyapu bibir vaginanya. Tangan kanannya mengelus-elus pantat dan pahanya yang
mulus, tangan kirinya dijulurkan ke atas memijati payudaranya.
Ekspresi keenakan Yessica terlihat dari gerak
pinggulnya yang meliuk-liuk. Lidah Pak Joko menjilat lebih dalam lagi,
dipakainya dua jari untuk membuka bibir vaginanya dan disapunya daerah itu
dengan lidahnya. Kemaluannya jadi tambah basah baik oleh ludah maupun cairan
vaginanya sendiri. Walaupun terangsang berat aku masih tetap mensyuting mereka
sambil sesekali meremas payudaraku sendiri, kemaluanku juga sudah mulai lembab.
“Emmh.. Emmhh.. Angghh!” Yessica mendesah tertahan
dengan mata merem-melek, tangannya meremasi rambut Pak Joko di bawahnya.
Cairan bening meleleh membasahi vaginanya dan mulut
Pak Joko. Pak Joko makin mendekatkan wajahnya ke selangkangannya dan menyedot
vaginanya selama kurang lebih lima menit, selama itu tubuh Yessica
menggelinjang hebat dan sepongannya terhadap penis Taryo makin bersemangat.
Puas menikmati vagina, Pak Joko menarik keluar kepalanya dari kolong Yessica.
Dia mengambil posisi duduk dan menaikkan Yessica ke pangkuannya. Tangannya yang
satu membuka lebar bibir vaginanya sedangkan yang lain membimbing penisnya
memasuki liang itu.
Taryo cukup mengerti keadaannya dengan membiarkan
Yessica melepas penisnya yang sedang dioral untuk mengatur posisi dulu. Yessica
menurunkan tubuhnya menduduki penis Pak Joko hingga penis itu melesak ke
dalamnya diiringi erangan panjang. Pak Joko juga melenguh nikmat akibat jepitan
vagina Yessica yang kencang itu. Aku mendekatkan kamera ke selangkangan mereka
agar bisa meng-close-up adegan itu. Yessica mulai naik-turun di pangkuannya,
payudaranya diremasi dari belakang oleh Pak Joko.
Kembali Taryo memasukkan penisnya ke mulut Yessica
yang langsung disambut dengan jilatan dan kuluman. Kurang dari lima belas
menit, Taryo sudah mengerang tak karuan sambil menekan kepala Yessica.
“Hhmmpphh.. Oohh.. Keluar Neng!” demikian erangnya
panjang.
Pipi Yessica sampai kempot mengisapi sperma Taryo,
namun hebatnya belum nampak setetespun cairan itu meleleh keluar dari mulutnya,
padahal di saat yang sama Pak Joko juga sedang menggenjotnya dari bawah. Hingga
erangan Taryo berangsur-angsur mereda, dia pun mulai melepas penis itu dan
menjilati sisa-sisa sperma di batangnya. Penis Taryo kelihatan sedikit menyusut
setelah menumpahkan isinya.
“Wuihh.. Gile bener sepongan Neng Yessica nggak
kalah dari Neng Citra” komentarnya.
Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang sedang
menjilati sisa-sisa sperma di penis Taryo dengan rakus. Sambil men-charge
penisnya, Taryo bermain-main dengan payudara Yessica, kedua bongkahan kenyal
itu dia caplok dengan telapak tangannya dan dihisapi bergantian. Kulit payudara
yang putih itu sudah memerah akibat cupangan Taryo. Suara erangan sahut-menyahut
memanaskan suasana.
Yessica terus menaik-turunkan tubuhnya dengan
bersemangat, semakin lama makin cepat dan mulutnya menceracau tak karuan.
“Oohh.. Aauuhh.. Aahh!” lolongnya dengan kepala
mendongak ke langit bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang, didekapnya kepala
Taryo erat-erat sehingga wajahnya terbenam di belahan payudaranya. Momen indah
ini terabadikan melalui handycamku dan terus terang aku sendiri sudah
terangsang berat dan ingin segera bergabung, tapi sepertinya belum saatnya,
nampaknya mereka berdua sedang getol-getolnya menggarap Yessica sebagai barang
baru daripada aku yang sudah sering mereka kerjai.
Yessica ambruk di atas tubuh Pak Joko dengan penis
masih tertancap. Pak Joko mendekapnya dan mencumbunya mesra, lidah mereka
berpaut dan saling menghisap. Kini Taryo yang senjatanya sudah di reload
meminta gilirannya. Pak Joko pun menurunkan Yessica dari tubuhnya dan ke dalam
mengambil minum. Kedua pergelangan kaki Yessica dipegangi Taryo lalu dia
bentangkan pahanya lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betisnya ke bahu, Taryo
menyentuhkan kepala penisnya ke bibir vaginanya.
Walaupun vagina itu sudah basah, tapi karena penis
Taryo termasuk besar, lebih besar dari Pak Joko, Yessica meringis dan mengerang
kesakitan saat liang senggamanya yang masih rapat diterobos benda hitam itu,
tubuhnya tegang sambil meremasi tikar di bawahnya, mungkin dia belum terbiasa dengan
penis seperti itu. Taryo sendiri juga mengerang nikmat akibat himpitan dinding
vaginanya
“Uuuhh.. Uhh.. Sempit banget sih, asoy!” erangnya
ketika melakukan penetrasi.
Aku sebagai juru kamera sudah terlalu menghayati
sampai tak sadar kalau tangan kiriku menyelinap lewat bawah bajuku dan memijiti
payudaraku sendiri, kuputar-putar putingku yang sudah mengeras dari tadi. Taryo
mulai menggerakkan penisnya perlahan yang direspon Yessica dengan rintihannya.
Pak Joko kembali dari dalam, dia bersimpuh di samping mereka lalu meletakkan
tangan Yessica pada penisnya. Dia menikmati penisnya dipijat Yessica sambil
meremas payudaranya.
Taryo menaikkan tempo permainannya, disodoknya
Yessica sesekali digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan
tangannya meremasi pantatnya yang montok. Yessica semakin menggeliat keenakan,
desahannya pun semakin mengekspresikan rasa nikmat bukan sakit. Pak Joko
merundukkan badannya agar bisa menyusu dari payudaranya, diemut-emut dan
ditariknya puting itu dengan mulutnya.
Sekitar limabelas menit kemudian mereka berganti
posisi karena Pak Joko juga sudah mau mencoblos lagi. Kali ini tanpa melepas
penisnya Taryo mengangkat tubuh Yessica, dia sendiri membaringkan diri di tikar
sehingga Yessica kini diatasnya. Kemudian Pak Joko menyuruhnya agar mengangkat
pinggulnya, Yessica lalu mencondongkan badannya ke depan sehingga pantatnya
menungging dan payudaranya tepat di atas wajah Taryo.
“Bapak tusuk di pantat yah Neng, tahan yah kalo
agak sakit” kata Pak Joko meminta ijin.
“Jangan terlalu kasar yah Pak, saya takut nggak
tahan” kata Yessica dengan suara lemas.
“Engghh.. Pak!” erangnya saat Pak Joko memasukkan
telunjuknya ke anusnya, lalu dia masukkan juga jari tengahnya sambil diludahi
dan digerak-gerakkan untuk melicinkan jalan bagi penisnya.
Setelah merasa cukup, Pak Joko mulai memasukkan
barangnya ke sana, kelihatannya cukup susah sehingga dia harus pakai cara tarik
ulur, keluarin satu senti masukkan tiga senti sampai menancap cukup dalam dan
setelah setengahnya lebih dengan sedikit tenaga dia hujamkan hingga mentok.
“Akkhh.. Sakit..!!” erangannya berubah jadi jeritan
ketika pantatnya dihujam seperti itu.
Kedua penjaga villa ini bagaikan kuda liar
menggarap kedua liang senggama sepupuku, kedua tubuh hitam yang menghimpit
tubuh putih mulus itu seperti sebuah daging ham diantara dua roti hangus,
mereka sudah bermandikan keringat dan nampak sebentar lagi akan mencapai
puncak. Aku sejak tadi sibuk berpindah sana-sini untuk mencari sudut yang
bagus.
Yessica mulai mengejang dan mengerang panjang
menandai klimaksnya. Tapi kedua penjaga villa itu tanpa peduli terus
menggenjotnya hingga beberapa menit kemudian. Mereka mencabut penisnya dan
menelentangkan Yessica di tikar. Mereka cukup mengerti permintaan Yessica agar
tidak membuang di dalam karena sedang masa subur, Pak Joko menumpahkan ke wajah
dan mulutnya, sedangkan Taryo ke perut dan dadanya. Meskipun masih lemas,
Yessica tetap menggosokkan sperma itu ke badannya. Ketiganya rebahan dan
mengatur kembali nafasnya.
“Gimana Yes, puas nggak?” tanyaku.
“Aduh Ci.. Lemes banget, kayak nggak bisa bangun
lagi rasanya deh!” jawabnya lemas dengan sisa tenaganya.
“Gimana Bapak-Bapak, masih kuat nggak? Gua belum
dapat nih!” kataku pada kedua orang itu.
“Iya ntar Neng, harus isi tenaga dulu nih!” jawab
Pak Joko.
“Ya sudah istirahat aja dulu, gua mau minum nih
haus!” kataku meninggalkan mereka dan
menuju ke dalam.
Aku menuangkan air dingin dari kulkas dan
meminumnya. Setelah menutup pintu kulkas dan membalik badan tiba-tiba Taryo
sudah di belakangku, kaget aku sampai gelas di tanganku hampir jatuh.
“Duh.. Ngagetin aja lu Tar, dateng nggak kedengeran
gitu kaya setan aja!” omelku,
“Ngapain? Mo minum?”
Tanpa berkata-kata dia mengambil gelas yang
kusodorkan dan meminumnya. Aku melihat tubuhnya yang telanjang, penisnya dalam
posisi setengah tegang, pelirnya menggantung di pangkal pahanya seperti kantung
air. Setelah berbasa-basi sejenak aku mendekati dan memeluknya, berpelukan
mulut kami mulai saling memagut, lidah bertemu lidah, saling jilat dan saling
belit, kugenggam penisnya dan kupijati. Elusannya mulai turun dari punggungku
ke bongkahan pantatku yang lalu dia remasi.
Kemudian kuajak dia ke ruang tengah lalu
kupersilakan dia duduk di sofa. Aku berdiri di hadapannya dan melepas pakaianku
satu persatu hingga tak menyisakan apapun di badanku dengan gerakan erotis. Aku
berhenti tepat di depannya yang sedang duduk, nampak dia terbengong-bengong
menyaksikan keindahan tubuhku, tangannya merabai paha dan pantatku.
“Neng cukur jembut yah, jadi rapih deh hehehe..”
komentarnya terhadap bulu kemaluanku yang beberapa hari lalu kurapihkan
pinggir-pinggirnya hingga bentuknya memanjang.
Menanggapinya aku hanya tersenyum seraya
mendekatkan kemaluanku sejengkal dan sejajar dari wajahnya, seperti yang sudah
kuduga, dia langsung melahapnya dengan rakus.
“Eemmhh.. Yess!” desahku begitu lidahnya menyentuh
vaginaku.
Kurenggangkan kedua pahaku agar lidahnya bisa
menjelajah lebih luas. Sapuan lidahnya begitu mantap menyusuri celah-celah
kenikmatan pada kemaluanku. Aku mendesah lebih panjang saat lidahnya bertemu
klitorisku yang sensitif. Mulutnya kadang mengisap dan kadang meniupkan angin
sehingga menimbulkan sensasi luar biasa. Sementara tangannya terus meremas
pantatku dan sesekali mencucuk-cucuk duburku.
Aku mengerang sambil meremas rambutnya sebagai
respon permainan lidahnya yang liar. Puas menjilati vaginaku, dia menyuruhku
duduk menyamping di pangkuannya. Dengan liarnya dia langsung mencaplok
payudaraku, putingnya dikulum dan dijilat, tangannya menyusup diantara pahaku
mengarah ke vagina. Selangkanganku terasa semakin banjir saja karena jarinya
mengorek-ngorek lubang vaginaku.
Selain payudaraku, ketiakku yang bersih pun tak
luput dari jilatannya sehingga menimbulkan sensasi geli, terkadang dihirupnya
ketiakku yang beraroma parfum bercampur keringatku. Tanganku merambat ke bawah
mencari penisnya, benda itu kini telah kembali mengeras seperti batu. Kuelusi
sambil menikmati rangsangan-rangsangan yang diberikan padaku. Jari-jarinya
berlumuran cairan bening dari vaginaku begitu dia keluarkan. Disodorkannya
jarinya ke mulutku yang langsung kujilati dan kukulum, terasa sekali aroma dan
rasa cairan yang sudah akrab denganku.
Tubuhku ditelentangkan di meja ruang tamu dari batu
granit hitam itu setelah sebelumnya dia singkirkan benda-benda diatasnya.
Nafasku makin memburu ketika penis Taryo menyetuh bibir vaginaku.
“Cepet Tar, masukin yang lu dong, nggak tahan lagi
nih!” pintaku sambil membuka pahaku lebih lebar seolah menantangnya.
Karena mejanya pendek, Taryo harus menekuk lututnya
setengah berjinjit untuk menusukkan penisnya. Aku menjerit kecil merasa perih
akibat cara memasukkannya yang sedikit kasar. Selanjutnya kami larut dalam
birahi, aku mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala atau menggigit
jariku. Kini dia berdiri tegak memegangi kedua pergelangan kakiku, sehingga
pantatku terangkat dari meja. Payudaraku terguncang-guncang mengikuti irama
goyangannya yang kasar.
Dalam waktu duapuluh menit saja aku sudah dibuatnya
orgasme panjang sementara dia sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan
keluar.
Sekarang dia merubah posisi dengan menurunkan
setengah tubuhku dari meja, dibuatnya aku nungging dengan kedua lututku
bertumpu di lantai, tetapi badan atasku masih di atas meja sehingga kedua
payudaraku tertekan di sana. Dia kembali menusukku, tapi kali ini dari
belakang, posisi seperti ini membuat sodokannya terasa makin deras saja.
Aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar
suara badan kami beradu yaitu bunyi plok.. plok.. tak beraturan yang bercampur
baur dengan erangan kami. Tak lama kemudian aku kembali orgasme, tubuhku lemas
sekali setelah sebelumnya mengejang hebat, keringatku sudah menetes-netes di
meja.
Namun sepertinya Taryo masih belum selesai, nampak
dari penisnya yang masih tegang. Aku cuma diangkat dan dibaringkan di sofa,
lumayan aku bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri katanya kecapekan
tapi masih belum keluar. Kami menghimpun kembali tenaga yang tercerai-berai.
“Yessica sama Pak Joko mana Tar? Kok nggak
masuk-masuk?” tanyaku pelan.
“Nggak tahu juga Neng, mungkin sudah mulai ngentot
lagi di luar, kita lihat aja yuk!”
“Oo… kalo gitu ntar aja deh, masih lemas”
Namun sebagai jawabannya Taryo malah menggendong
tubuhku dan membawaku ke kebun. Di sana Yessica maupun Pak Joko sudah tidak ada
lagi yang ada hanya baju mereka yang berceceran di atas tikar. Sayup-sayup
terdengar suara desahan tak jauh dari sini, tepatnya dari kolam renang.
Dengan menggendongku, Taryo berbelok ke kanan
menuju ke kolam. Di sana kami melihat di kolam daerah dangkal Pak Joko sedang
asyik menggenjot sepupuku dari belakang dengan doggy style. Yessica
mendesah-desah dan sesekali menjerit kecil menerima sodokan Pak Joko, rambut
panjangnya kini basah oleh air dan terurai karena ikat rambutnya sudah dilepas.
“Neng, kita nyebur juga yuk, biar seger” ajak
Taryo.
Aku menganggukkan kepala menyetujuinya, diapun
melangkah turun ke air, di sana tubuhku dia turunkan hingga terendam air. Hmm..
Rasanya dingin dan menyegarkan, sepertinya keletihanku agak terobati oleh air.
“Masih kuat juga Pak Joko, sejak kapan mulai lagi
nih?” sapa Taryo.
“Kuat dong, buat neng-neng cantik ini kapan lagi,”
sahut Pak Joko di tengah aktivitasnya.
Air kolam merendamku hingga dada ke atas, aku
sandaran pada dinding kolam mengendurkan otot-ototku. Taryo kembali menghampiri
dan menghimpit tubuhku.
Diciumnya aku dibibir sejenak lalu ciumannya merambat
ke telinga dan leher sehingga aku menggeliat geli. Penisnya kugenggam lalu
kukocok di dalam air. Dia angkat satu kakiku dan mendekatkan penisnya ke
vaginaku. Dengan dibantu tanganku dan dorongan badannya, masuklah penis itu ke
vaginaku.
Air semakin beriak ketika dia memulai genjotannya
yang berangsur-angsur tambah kencang. Kakiku yang satunya dia angkat sehingga
tubuhku melayang di air dengan bersandar pada tepi kolam. Aku menengadahkan
wajah menatap langit yang sudah mulai senja dan mengeluarkan desahan nikmat
dari mulutku. Mulutnya melumat payudaraku dan mengisapnya dengan gemas
membuatku semakin tak karuan.
Aku menoleh ke sebelah untuk melihat Yessica yang
berada sekitar lima meter dari kami, sekarang mereka sudah berganti posisi,
Yessica duduk di atas pangkuan Pak Joko menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas
penis Pak Joko yang disaat bersamaan sedang mengenyot payudaranya. Tangan kiri
Pak Joko bergerilya mengelusi punggung dan pantatnya.
Taryo memang sungguh perkasa, padahal kan
sebelumnya dia sudah menggarap Yessica sampai orgasme berkali-kali. Aku sendiri
sudah mulai kecapekan dan setengah sadar karena sodokan-sodokan brutalnya.
Gesekan-gesekan penisnya dengan dinding vaginaku seperti menimbulkan
getaran-getaran listrik yang membuatku gila. Mataku mebeliak-beliak keenakan
hingga akhirnya aku klimaks lagi bersamaan dengan Taryo. Spermanya yang hangat
mengalir mengisi rahimku.
“Neng.. Neng keluar nih saya!” erangnya panjang
sambil meringis.
Rasanya sungguh lemas, badan seperti mati rasa,
mataku juga makin berat. Mungkin karena kecapaian di perjalanan atau Taryo yang
terlalu bersemangat, akupun tak sadarkan diri, padahal jarang sekali aku
pingsan setelah bersenggama. Aku masih sempat merasakan diriku digendong Taryo
lalu dibaringkan di pinggir kolam, juga menyaksikan Yessica sedang mengoral Pak
Joko yang berdiri berkacak pinggang, nampaknya mereka juga sudah mau selesai,
tapi entahlah karena aku keburu tidak sadar.
Aku terbangun ketika langit sudah gelap di kamarku,
masih telanjang dan terbaring di ranjang. Yessica lah yang membangunkanku
dengan mengguncangkan tubuhku. Dia juga masih telanjang, cuma ada kami berdua
di kamar ini. Aku mengucek-ngucek mataku sambil menggeliat.
“Jam berapa Yes?” tanyaku dengan pelan.
“Setengah tujuh, mandi yuk, gua juga baru bangun!”
ajaknya.
“Entar ah, masih lemes sepuluh menit lagi deh!”
jawabku dengan malas dan menarik selimut menutup tubuh bugilku.
“Ci, handycamnya mana? Lihat dong hasilnya, bagus
nggak?”
“Mm.. Di ruang tengah kali, terakhir gua taro sana,
coba lihat aja”
“O iya, Yes.. Sekalian buatin air hangat yah,
tinggal buka krannya aja kok, itu otomatis!” pintaku sebelum dia keluar dari
kamar.
Dia kembali tak lama kemudian dengan membawa
handycam dan segelas air putih. Kugeser tubuhku duduk bersandar ke ujung
ranjang. Dia minta aku menyalakan alat itu karena tidak mengerti. Kami
menyaksikan hasil rekamanku tadi melalui layar kecil pada alat itu.
“Hot juga lu Yes mainnya, bakat jadi bintang bokep
nih!” godaku melihat keliarannya, “By the way, gimana perasaan lu sesudah
ngeliat ini?”
“Lega Ci, gua akhirnya bisa juga ngebales cowok
brengsek itu, biar tahu rasa dia ceweknya main sama orang-orang kaya gini,
putus ya putus, gua dah nggak peduli lagi kok” katanya berapi-api.
“Sudah dong jangan nafsu gitu Yes, serem ah
liatnya!” kataku sambil mengelus-elus punggungnya menenangkan.
“Eh.. Gimana airnya, bisa tumpah nih!” kataku
mendadak baru ingat limabelas menit kemudian gara-gara asyik ngobrol sambil
menonton rekaman itu.
Kami buru-buru ke kamar mandi dengan berlari kecil
dan benar saja airnya sudah meluap tapi sepertinya belum lama karena lantainya
belum terlalu banjir. Terpaksa harus kubuang sedikit airnya, lalu kutaburi
buble bath dan mengocoknya hingga berbusa. Kusuruh Yessica agar membawa saja
handycamnya ke sini agar bisa nonton sambil berendam. Hhmm..
Segarnya berendam
di air hangat berbusa itu, sepertinya segala beban seharian hilang sudah oleh
kesegarannya.
Di bathtub kami saling menggosok punggung kami
sambil menonton handycam yang diletakkan di tepi bak yang agak lebar, aku juga
membantu Yessica mengkramas rambutnya yang panjang itu. Setelah dua puluh
menitan kamipun menyelesaikan mandi kami, kuguyur badanku dengan air
membersihkan busa-busa yang menempel lalu mengelap badan dengan handuk. Yessica
ke kamar dahulu karena aku mau buang air kecil dulu. Aku keluar dari kamar
mandi sambil mengikat tali pinggang kimonoku, di ruang tengah aku berpapasan dengan
Pak Joko yang juga baru masuk dari pintu yang menuju kolam.
“Eh Bapak, Taryo mana Pak, kok nggak keliatan?”
sapaku.
“Oo.. Tadi katanya mau pulang dulu ke rumahnya,
ndak tahu deh ngapain,” jawabnya,
“Tapi nanti katanya mau ke sini lagi sekalian
bawain makanan”
Aku lalu meninggalkannya dan masuk ke kamarku, di
sana Yessica yang masih memakai gulungan handuk di kepalanya sedang mengoleskan
body lotion pada pahanya. Tak lama kemudian terdengar bel berbunyi, Taryo
datang membawa empat bungkus nasi uduk, dia bilang tadi dia menengok istri dan
orang tuanya dulu di desa tak jauh dari sini. Kami makan di meja makan, tidak
terlalu enak sih, tapi lumayan lah buat sekedar ganjal perut.
Di tengah makan, terdengarlah suara dering HP dari
kamarku.
“HP lu tuh Yes, sana gih terima dulu!” kataku
padanya.
Yessica bergegas ke kamar meninggalkan makannya
yang belum habis sementara kami bertiga meneruskan makan. Taryo selesai paling
awal, saat itu Yessica masih belum kembali juga, lama juga neleponnya pikirku.
“Saya panggilin Neng Yessi dulu yah!” kata Taryo
setelah meminum airnya seraya melangkah ke kamarku.
Pak Joko sudah selesai makan, sedangkan aku tidak
habis karena nasinya kebanyakan, tak enak pula jadi sisanya kubuang. Kami
berdua membereskan sendok-garpu dan gelas ke bak cucian, serta membuang kertas
pembungkus ke tempatnya.
“Yes, ini makannya habisin dulu dong, dingin
nanti!” teriakku padanya, “Wah jangan-jangan si Taryo dah mulai lagi tuh, habis
belum keluar-keluar sih”
Kami berdua pun segera ke kamarku dan benar juga
apa kataku tadi. Taryo sudah telanjang, duduk selonjoran di ranjang dan
mendekap Yessica yang duduk membelakanginya bersandar pada tubuhnya. Kimono
putih bermotif bunga-bunga kuningnya tersingkap kemana-mana, payudara kirinya
yang terbuka dipencet-pencet dan dimainkan putingnya oleh Taryo. Pahanya
terbuka lebar dan dipangkalnya tangan Taryo bermain-main diantara kerimbunan
bulunya, mengelusi dan mengocok dengan jarinya.
Tak ketinggalan bahu kirinya yang terbuka dicupangi
olehnya. Yessica hanya mendesah dengan ekspresi wajah menunjukkan kepasrahan
dan rasa nikmat.
Pak Joko yang terangsang sudah mulai grepe-grepe
pantatku dan mulai menyingkap bagian bawah kimonoku. Namun kutepis tangannya.
“Ntar dong Pak, baru juga makan, masih penuh nih
perutnya, nggak enak”
“Ya sudah nggak apa-apa pemanasan aja dulu neng,
boleh ya” jawabnya sambil membuka bajunya sendiri.
Dia menyuruhku jongkok di depan penis hitamnya yang
setengah ereksi. Akupun menggenggam penis itu dan mulai memainkan lidahku,
kuawali dengan menjilati hingga basah kepala penisnya, lalu menciumi bagian
batangnya hingga pelirnya. Kantong bola itu kuemut disertai mengocok batangnya
dengan tanganku.
Perlahan tapi pasti benda itu ereksi penuh karena
teknik oralku. Desahan Yessica tidak terdengar lagi, kulirikan mataku
melihatnya, ternyata, keduanya sedang asyik berfrech-kiss. Posisi mereka tidak
berubah, Yessica hanya menengokkan kepalanya ke samping saja agar bisa saling
memagut bibir dengan Taryo.
Pak Joko menikmati sekali permainan lidahku, dia
terus merem-melek dan mendesah tak henti-hentinya saat penisnya kukulum dan
kuhisap-hisap. Lama juga aku mengkaraokenya, sampai mulutku pegal, akhirnya dia
suruh aku berhenti agar tidak cepat-cepat keluar. Saat itu Taryo dan Yessica
sudah ber-posisi 69 dengan pria di atas. Yessica masih mengenakan kimononya
yang sudah terbuka sana-sini memainkan penis Taryo yang menggantung dengan
mulutnya. Sedangkan Taryo sibuk melumat vagina Yessica, klitorisnya dijilati
sehingga tubuh Yessica menegang kenikmatan. Kulihat paha mulusnya menegang dan
menjepit kepala Taryo.
Setelah berdiri Pak Joko memagut bibirku yang
kubalas dengan tak kalah hot, aku memainkan lidahku sambil tanganku memijat
penisnya. Tangannya meraih tali pinggangku dan menariknya lepas hingga kimonoku
terbuka. Sambil terus berciuman tangannya menggeser kain yang menyangga pada
kedua bahuku maka melorotlah kimono itu, ditubuhku pun sudah tidak menempel
apapun lagi.
Aku melepas ciuman untuk mengajaknya ke ranjang
agar lebih nyaman. Di sebelah Yessica dan Taryo yang masih ber-69
kutelungkupkan tubuh telanjangku dan menaruh kepalaku di atas kedua lengan
terlipat seperti posisi mau dipijat, dari sini dapat kulihat jelas ekspresi
wajah Yessica yang meringis menikmati vaginanya dilumat Taryo, sementara dia
memainkan penis yang menggantung di atas wajahnya. Pak Joko menaikiku lalu
mencium juga mengelusi punggungku, aku mendesah merasakan rangsangan erotis
itu. Ciumannya makin turun sampai ke pantatku, disapukannya lidahnya pada
bongkahan yang putih sekal itu, diciumi, bahkan digigit sehingga aku menjerit
kecil.
Mulutnya turun ke bawah lagi, menciumi setiap
jengkal kulit pahaku. Betis kananku dia tekuk, lalu dia emuti jari-jari kakiku.
Beberapa saat kemudian dia menekuk paha kananku ke samping sehingga pahaku
lebih terbuka. Aku mulai merasakan jari-jarinya menyentuh vaginaku, dua jari
masuk ke liangnya, satu jari menggosok klitorisku. Rambutku dia sibakkan dan
aku merasakan hembusan nafasnya terasa dekat wajahku. Leher dan tengukku
digelikitik pakai lidahnya, juga telingaku, aku tertawa-tawa kecil sambil
mendesah dibuatnya. Aku suka rangsangan dengan sensasi geli seperti ini.
Sementara di sebelah kami semakin seru karena Taryo
sudah menindih Yessica dan memacu tubuhnya dengan cepat. Yessica menggelinjang
dan mengerang setiap kali Taryo menyentakkan pinggulnya naik-turun, tangannya
kadang meremasi sprei dan kadang memeluk erat si Taryo. Pak Joko mengangkat
pantatku ke atas, kutahan dengan lututku dan kupakai telapak tangan untuk
menyangga tubuh bagian atasku. Sesaat kemudian aku merasakan benda tumpul
menyeruak ke vaginaku.
Seperti biasa aku meringis dengan mata terpejam
menghayati moment-moment penetrasi itu. Aku tak kuasa menahan desahanku
menerima hujaman-hujaman penisnya ke dalam tubuhku. Sensasi yang tak
terlukiskan terutama waktu dia memutar-mutar penisnya di vaginaku, rasanya
seperti sedang dibor saja, aku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu,
makannya aku selalu mendesah:
“Terus.. Terus.. Jangan pernah stop!”
Yessica dan Taryo berguling ke samping sehingga
kini Yessica yang berada di atas dan lebih memegang kendali. Dengan liarnya dia
menggoyangkan tubuhnya di atas Taryo, diraihnya tangan Taryo untuk meremas
payudaranya. Wow.. Kali ini dia bahkan lebih binal dan agresif dari tadi siang,
di tengah erangannya dia memaki-maki pacarnya yang menyakiti hatinya.
“Randy bangsat.. Ahh.. Lu kira aku uuhh.. nggak
bisa.. Nyeleweng apa! Engghh.. Terus Bang.. Entot gua buat ngebales.. Aahh..
Cowok sialan itu!!”
Kocokan Pak Joko padaku bertambah cepat dan kasar,
otomatis eranganku pun tambah tak karuan, sesekali bahkan aku menjerit kalau
sodokannya keras. Karena sudah tak bisa bertahan lagi, aku mengalami orgasme
dahsyat, sementara Pak Joko dia tak mempedulikan kelelahanku, justru semakin
gencar menyodokku. Tanpa melepas penisnya dia baringkan tubuhku menyamping dan
menaikkan kaki kiriku ke pundaknya, dengan begini penisnya menancap lebih dalam
ke vaginaku. Selangakanku yang sudah basah kuyup menimbulkan bunyi kecipak
setiap menerima tusukan.
Dalam posisi ini aku bisa menyaksikan Taryo dan
Yessica tanpa menoleh. Payudaranya yang berayun-ayun akibat goyangan badannya
mendapat kuluman Taryo, beberapa kali kulumannya lepas karena Yessica
menggoyangkan tubuhnya dengan kencang, namun dengan sabar Taryo menangkapnya
dengan mulut dan mengulumnya lagi.
“Yahh.. Entot aku Bang.. Sedot susuku sampai puas..
Ahh.. Perlakukan aku sesukamu.. Biar bajingan itu tahu rasa!!” erangnya
terengah-engah melampiaskan dendamnya
Sambil terus menggenjot, Pak Joko menyorongkan
kepalanya ke payudaraku, putingnya ditangkap dengan mulut kemudian digigit dan
ditarik-tarik, aku merintih dan meringis karena nyeri, namun juga merasa
nikmat. Sementara situasi di sebelah nampaknya makin seru, kalau tadi siang
Yessica didominasi oleh mereka berdua, kini sebaliknya Yessicalah yang lebih
mendominasi permainan dan justru Taryo dibuat ngos-ngosan oleh keliarannya.
Setelah menggelinjang dan mendesah ketika mencapai klimaks, dia mencabut penis
itu dari vaginanya, lalu menggeser dirinya ke bawah dan menjilati serta
mengulum penis itu seperti orang kelaparan. Taryo sampai merem-melek dan
mendesah-desah dibuatnya.
Dalam jangka waktu lima menitan cairan putih
kentalnya sudah menyemprot bagaikan kilang minyak, bercipratan membasahi wajah
Yessica, Yessica terus mengocok dengan tangannya, mulutnya dibuka membiarkan
cipratan itu masuk ke mulutnya, rambutnya yang panjang itu juga terkena
cipratan sperma. Setelah semprotannya reda, dia menjilati sisanya yang masih
menetes, kepala penis Taryo yang seperti jamur hitam itu disedot-sedot.
Sesudahnya dia mengelap cipratan di wajahnya dengan jarinya, dihisapnya
jari-jarinya yang belepotan sperma itu, sisanya dibalurkan merata di wajahnya.
Kemudian dia rebahan di atas tubuh Taryo, kepalanya bersandar di dadanya,
keduanya berpelukan seperti sepasang kekasih.
Aku merasakan sebentar lagi giliran aku klimaks,
dinding vaginaku makin berdenyut.
“Ayoo.. Pak, terus.. Citra sudah mau..!” desahku
dengan nafas tersenggal-senggal.
Tak lama kemudian aku merasakan tubuhku makin
terbakar, aku menggeliat sambil memeluk guling erat-erat. Desahan panjang
menandakan orgasmeku bersamaan dengan mengucurnya cairan cintaku membasahi
selangkanganku. Dia melepas penisnya dan menurunkan kakiku, spermanya
dikeluarkan di dadaku, setelah itu dia ratakan cairan kental itu ke seluruh
payudaraku hingga basah mengkilap.
Belum habis rasa lelahku, dia sudah tempelkan
kepala penisnya di bibirku, menyuruh membersihkannya. Dengan sisa-sisa tenaga
aku genggam benda itu dan menyapukan lidahku dengan lemas, kujilat bersih dan
sisa-sisa spermanya kutelan saja. Akhirnya kami pun terbaring bersebelahan,
keringatku bercucuran dengan deras, dadaku naik-turun dengan cepat karena
ngos-ngosan.
“Ck.. Ck.. Ck.. What a naughty girl you are, Ci!”
terdengar Yessica berkata dari sebelahku.
Aku menoleh ke arahnya yang masih berbaring di
tubuh Taryo, dan membalasnya tersenyum. Kami masih sempat ngobrol-ngobrol
beberapa menit sebelum satu-persatu tertidur kecapekan.
Pagi jam sembilan aku terbangun dan menemukan
diriku telanjang tertutup selimut, tidak ada siapapun di kamar semua sudah
pergi. Jendela sudah terbuka sehingga sinar matahari menerangi kamar ini, dari
luar terdengar suara kecipak air. Aku turun dari ranjang dan melihat ke luar
jendela, di kolam Yessica sedang berenang sendirian, tanpa sehelai benangpun.
“Yes.. Ooii!” sapaku sedikit teriak sambil
melambai, “Mana tuh dua orang itu!?”
Dia menoleh ke asal suara dan balas melambai,
“Nggak tahu tuh, kalau Pak Joko tadi lagi nyapu di depan, sini Ci, segar loh
renang pagi gini!”
Aku keluar dari kamar dan menyusulnya ke kolam.
Baru turun dari tangga, aku hampir bertabrakan dengan Pak Joko yang muncul di
sebelah dengan memegang sapu, dia baru masuk ke sini setelah selesai
membersihkan halaman depan.
“Aduh, Bapak, ngagetin aja.. Hampir deh!” kataku
sambil mengelus dada, “O ya, Taryo hari ini nggak bisa ke sini ya katanya?”
“Haduh.. Bapak juga kaget Neng nongolnya mendadak
gini.. Taryo ya, tadi pagi dia pulang ke kampungnya lagi, tapi memang dia
bilang hari ini nggak bisa ke sini soalnya entar siang majikannya datang!”
Kebetulan dia ingin minta ijin padaku untuk
menengok cucunya yang baru sembuh di desa, tapi sesudah makan siang dia
berjanji akan kembali. Setelah dia pergi tinggallah kami dua gadis di villa
ini.
Hampir sejam lamanya kami berenang dan mengobrol di
kolam. Setelah mandi bersih aku memasak dua bungkus mie Korea untuk sarapan.
Habis makan aku mengajaknya jalan-jalan mengelilingi kompleks sekalian
menikmati suasana pegunungan yang tenang dan sejuk.
Sepanjang jalan, hampir
semua orang yang kami temui (terutama pria) memperhatikan kami, bahkan beberapa
sempat menggoda dengan kata-kata.
Tidak heran sih, karena aku memakai pakaian kemarin
yang seksi itu, sedangkan Yessica memakai rok mini warna hitam dengan atasan
kaos u can see kuning yang ketat sehingga mencetak bentuk badan dan payudaranya
yang menantang. Untung hari ini tidak banyak angin, kalau tidak rok yang
bahannya lembut itu sudah tertiup angin kemana-mana.
Kami sih berlagak cuek aja dengan tatapan-tatapan
nakal mereka. Siapa sangka justru penjaga villa yang biasa kurang dianggap
malah lebih beruntung dibanding om-om dan pemuda kaya yang kami temui. Ketika
pulang kami melihat di villa sebelah sudah terparkir dua buah mobil dan
beberapa anak-anak asyik bermain di balik pagar. Majikan Taryo dan familinya
sudah datang, berarti dia tidak bisa menemani kami lagi karena sibuk melayani
mereka.
Di rumah, Yessica meminta kalau nanti ML lagi agar
kembali disyuting, dia juga menyayangkan kenapa aku tidak mensyutingnya
semalam, padahal menurut dia semalam itu sangat hot adegannya. Iya juga sih
pikirku, tapi kan waktu itu nafsu sudah diubun-ubun sampai lupa mau mensyuting
juga.
Jam tigaan, setelah Pak Joko kembali, Yessica
memintaku mensyutingnya lagi. Kali ini settingnya di ruang tengah tempat Taryo
menggarapku kemarin. Yessica dan Pak Joko duduk bersebelahan di sofa, begitu
kuberi aba-aba, mereka berpelukan, Pak Joko melumat bibir Yessica dan lidah
mereka mulai beradu. Sambil berciuman tangan Pak Joko meraba-raba paha mulusnya
semakin ke atas menyingkap roknya yang pendek, Yessica pun tidak kalah aktif,
dia meremasi selangkangan Pak Joko dari luar celananya. Kemudian Pak Joko
menjatuhkan tubuhnya ke depan menindih Yessica. Mereka mulai saling melucuti
pakaian pasangannya sampai bugil.
Yessica dua kali orgasme di atas sofa, selanjutnya
kami pindah ke kamar mandi, mereka bercinta di bawah siraman shower, Yessica
menyandarkan tangannya di tembok menerima sodokan Pak Joko dari belakangnya.
Sambil menggenjot, Pak Joko menyuruhku mengambil sabun cair dekat bathtub, dia
menuangkannya ke tangannya lalu membalurinya ke tubuh Yessica. Tangannya yang
kasar itu menggosok seluruh tubuhnya, paha, pantat, perut, naik ke payudaranya,
lama-lama tubuh sabun cair itu semakin berbusa di tubuh Yessica.
Usai menyabuni Yessica, dia membalik tubuhnya
menghadapnya. Kaki kanannya diangkat sepinggang, penisnya diarahkan memasuki
lubang senggamanya. Dengan gencarnya dia mengocok sepupuku dalam posisi
berdiri. Tak lama kemudian Yessica menengadah dan mengerang panjang mengalahkan
suara shower.
“Oohh.. Keluar Pak!!” sambil mempererat pelukannya.
Yessica berlutut dan menerima semprotan sperma Pak
Joko di wajahnya. Adegan di kamar mandi ini menyudahi persenggamaan siang ini.
Malam harinya kami main threesome di kamarku. Pak Joko berbaring sambil
menikmati vagina Yessica yang naik ke wajahnya, sementara aku sibuk melayani
penisnya dengan mulut dan lidahku. Semakin kukulum semakin keras dan berdenyut
benda itu, kulakukan itu sepuluh menit lamanya. Sayang sekali kalau cepat-cepat
orgasme sedangkan aku belum mencapai kepuasanku. Akupun naik ke
selangakangannya dan memasukkan benda itu ke vaginaku.
“Uuugghh..!” desahku saat benda itu menusuk ke
dalam.
Di sela-sela kegiatan menikmati vagina sepupuku,
dia juga mendesah merasakan jepitan vaginaku terhadap penisnya. Liarnya
goyanganku membuatnya makin liar memperlakukan Yessica, jilatan-jilatannya
nampak lebih seru sampai suara menyeruput cairannya pun terdengar. Tangannya
dijulurkan ke atas meraih kedua payudaranya, meremasnya sambil terus menyedot
vaginanya.
“Ahh.. Ohh.. Pak!” desah Yessica sambil
menggeliat-geliat.
Setelah Yessica mencapai orgasme, Pak Joko mengajak
ganti posisi. Kali ini aku nungging di atas Yessica dengan gaya 69, kembali Pak
Joko menusukku dari belakang, sesekali kurasakan lidah Yessica pada vaginaku,
di bawah sana dia sedang menjilati vagina dan penis Pak Joko yang sedang keluar
masuk. Sebagai responnya, aku juga menjilati vaginanya yang basah oleh cairan
orgasme dan ludah. Aku menjilati bibir vaginanya hingga klitorisnya yang merah
itu.
Hhmm.. Dia memakai pembersih kewanitaan dengan merek yang sama seperti
punyaku, aku sudah hafal dengan aromanya.
Tangan Pak Joko mulai merayap di payudaraku,
memilin putingnya dan memijatinya. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi
sesuatu yang mau meledak dalam diriku, aku mengerang panjang saat mencapai
puncak. Genjotannya masih berlangsung beberapa menit ke depan sehingga
memberiku kenikmatan lebih lama. Selesai membawaku ke puncak, kini dia
mengincar Yessica. Dia rebahan lalu menyuruh Yessica menaiki penisnya yang
masih mengacung tegak, benda itu basah mengkilap berlumuran lendirku. Dia
mengisi vaginanya dengan penis itu diiringi desahan, setelah berhasil
menancapkannya tanpa buang waktu lagi dia menggoyangkan tubuhnya. Pak Joko
sendiri turun menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas merespon goyangan
badannya.
Birahiku mulai naik lagi, maka aku menaiki wajah
Pak Joko dalam posisi berhadapan dengan Yessica. Tanpa diminta lagi, lidahnya
sudah beraksi menyusuri organ kewanitaanku, jilatannya diselingi kocokan jari
tangan yang bergerak liar di dalam vaginaku, desahanku pun semakin
menjadi-jadi. Kedua telapak tanganku saling genggam dengan Yessica. Rasa nikmatku
kulampiaskan dengan memagut bibir sepupuku, lidah bertemu lidah lalu saling
jilat. Lidah Pak Joko bukan saja menjilati vaginaku, duburku pun tidak luput
darinya.
“Yeeaah, gitu Pak.. Terus.. Yahh.. Jilati aku
sepuasmu!” demikian desahku menghayati setiap jilatannya.
Orgasmeku hanya lebih beberapa detik dari Yessica,
tubuh kami menggelinjang di atas tubuh Pak Joko diiringi erangan yang
sahut-menyahut. Cairan yang meleleh dari vaginaku dilahapnya dengan rakus
sekali sampai terdengar suara menyeruputnya. Yessica mencabut penis itu dari
vaginanya kemudian rebahan di antara paha Pak Joko mengoral penisnya.
Aku juga merundukkan badanku ke depan mendekati
penis yang masih tegak itu. Berdua kami melayani Adik kecilnya dengan kocokan,
jilatan, dan hisapan selama lima menit hingga isinya muncrat ke wajah kami.
Kami masih terus mengocok-ngocoknya hingga tetes terakhir, pemiliknya sampai
berkelejotan dan melenguh nikmat akibat perbuatan kami. Maninya sudah tidak
sebanyak kemarin sehingga kami sedikit berebutan untuk mendapatkannya.
Kami terkulai lemas, tubuh kami sudah berkeringat,
nafas pun sudah putus-putus.
“Hebat juga ya Bapak ini, bisa tahan segitu lama
sama dua cewek” pujiku.
“Ahh.. Neng ini, sebenernya sih berkat jamu tadi
sore hehehe!” katanya dengan tersipu malu.
“Oo.. Pantes tadi nafasnya bau gitu, tapi hebat
juga ya jamunya Pak” sahut Yessica sambil merapat dan menyandarkan kepalanya
pada dadanya.
Sungguh seperti kaisar saja Pak Joko malam itu,
tidur diapit dua gadis muda dan cantik, suatu hal yang membuat banyak cowok iri
tentunya. Dia juga berterima kasih pada kami karena telah membuatnya merasa
muda kembali di usianya. Besoknya jam sebelas kami sudah berangkat kembali ke
Jakarta. Tidak lupa kami memberi ciuman perpisahan padanya, Yessica pipi kiri
dan aku pipi kanan, lalu dibalasnya dengan menepuk pantat kami bersamaan.
Hari itu juga, sore harinya kami membawa rekaman
handycam itu ke Verna untuk ditransfer dalam bentuk vcd (komputer Verna memang
paling lengkap walau sebenarnya milik adiknya yang sedang kuliah di luar
negeri). Cd masternya dibawa Yessica sebagai koleksi pribadinya, copy-nya untuk
kami, tentunya hanya untuk kalangan kita-kita saja. Dia mengabariku seminggu
setelah kepulangannya bahwa dia telah memutuskan hubungan dengan pacarnya
setelah sebelumnya dia mengajak cowoknya menonton bersama rekaman di villa itu
sebagai pembalasannya. Kata-kata terakhir pada cowoknya sebelum berpisah
adalah…
“Kalau lu bisa main gila, gua juga bisa bikin yang
lebih gila!”
Sekarang ini dia sudah mempunyai pacar baru yang
lebih muda empat tahun darinya, sifatnya juga lembek, biar lebih gampang
dikendalikan katanya. Duh.. Dasar Yessica, jadi woman rule nih ceritanya. O, ya
met skripsi juga Yes, good luck and success.
Baca juga :
No comments:
Post a Comment