Pada saat itu saya mempunyai teman akrab yang
bernama Deni. Saya dan dia sama–sama sekolah di sekolah yang sama, hanya
berbeda kelas, dia di kelas II-E, sedangkan saya di kelas II-F, tetapi kami
berteman. Deni adalah seorang anak yang berkecukupan dan bisa dibilang kaya.
Deni mempunyai dua rumah, rumah yang satu dipakai oleh kedua orang tuanya,
sedangkan rumah yang satunya lagi oleh orang tuanya
dikontrakkan ataupun dikoskan kepada para pegawai atau mahasiswa, dan kebetulan
sekali Deni diam di rumah yang dikontrakkan tadi. Dengan alasan biar tidak
susah dan jauh dari sekolah dan ingin belajar hidup sendiri, maka Deni
diperbolehkan tinggal di rumah yang satunya itu.
Memang kebutuhan hidup Deni selalu dipenuhi oleh
orang tuanya, dimana kedua orang tuanya bekerja dan Deni mempunyai adik 2
orang, tetapi masih kecil–kecil. Di rumah Deni yang dikoskan tersebut, dari
sekian banyak orang yang tinggal, ada seorang wanita yang bernama Eka. Sebut
saja Mbak Eka, Mbak Eka tersebut mempunyai bentuk tubuh yang aduhai, dengan
ciri-ciri dia mempunyai tinggi sekitar 160 cm dengan badan ideal dan wajah
imut–imut, kulit putih, pokoknya cantik dan rambut hitam panjang sebahu. Mbak
Eka tersebut sudah keluar sekolah SMA telah 2 tahun dan pada waktu itu Mbak Eka
bekerja di perusahaan swasta yang masuk kerjanya selalu kebagian masuk siang
atau biasa disebut shift dua.
Deni dan saya sendiri suka pulang sekolah siang
hari, kira–kira pukul 13:00 siang, karena saya sekolah pagi. Setiap pulang
sekolah Deni selalu pulang ke rumah. Yang ada di rumah hanyalah tersisa Mbak
Eka saja, sebab yang lainnya bekerja berangkat pagi dan baru pulang sore hari.
Setiap sehabis pulang sekolah, Deni sering sekali dan bahkan hampir tiap hari
mengintip Mbak Eka yang sedang mandi untuk pergi ke kantor. Kamar mandi di
rumah Deni hanya satu, dan Deni tidur di kamar atas, sedangkan kamar mandi
tersebut ada celah yang menembus dari atas. Kata si Deni biar cahaya matahari
masuk ke kamar mandi untuk mengirit uang. Deni mengintip Mbak Eka yang
imut–imut dan berbody mulus itu. Mbak Eka pun mempunyai payudara yang tidak
kalah dari model–model majalah top Idonesia dan mempunyai bulu–bulu yang seksi
di sekitar alat kelaminnya.
Pada saat mandi Mbak Eka sering sekali selalu
seperti meraba–raba payudaranya sendiri, dan tidak jarang juga Mbak Eka suka
seperti menggosok–gosokkan tangannya ke alat kelaminnya. Pernah juga Mbak Eka
sepertinya memasukkan tangannya sendiri ke dalam alat kelaminnya atau goa
hiro-nya itu dengan mendesah seperti kesakitan dan kenikmatan, “Eeh.. ehh..
uuhh.. uuhh.. iihh.. ahh..”
Karena Deni sering sekali mengintip Mbak Eka mandi
pada siang hari untuk pergi ke kantor, Deni menjadi terobsesi untuk menyetubuhi
Mbak Eka. Deni pun setelah mengintip Mbak Eka mandi, dia sering sekali langsung
melakukan kocokan terhadap alat kelaminnya (loco–loco), karena Deni terangsang
oleh bentuk tubuh sensual milik Mbak Eka. Karena Deni sering melakukan hal
tersebut, akhirnya Deni pun meminta foto-nya Mbak Eka dengan alasan buat
kenang–kenangan. Mbak Eka pun memberikannya tanpa curiga sedikit pun. Rasa
nafsu birahinya Deni pun semakin meningkat, sebab Deni melakukan onani terhadap
alat kelaminnya sambil memandangi foto Mbak Eka. Hampir tiap hari Deni setelah
pulang sekolah selalu melakukan aktifitasnya seperti itu. Hubungan Deni dan
Mbak Eka memang dekat, karena Mbak Eka pun kepada Deni sudah menganggap seperti
adik sendiri, sedangkan Deni ingin sekali menjadi pacar Mbak Eka, apalagi
berhubungan badan dengannya, itulah impian Deni.
Mbak Eka memang selalu hobby nonton film yang semi
porno, seperti film remaja barat. Tidak jarang juga menonton bersama Deni di
ruang tengah tamu. Bila ada film baru, Deni selalu membawa teman–teman kami,
khususnya cowok dan kalau cewek sulit diajaknya, bahkan banyak yang bilang film
yang kami tonton itu jorok.
Hingga suatu hari, Mbak Eka kebetulan libur dan
Deni setelah habis pulang sekolah langsung bertanya kepada Mbak Eka, “Mbak kok
belum mandi..? Enggak masuk kantor yah Mbak..?”
Dengan nada semangat Mbak Eka pun menjawab, “Enggak
Den, kan Mbak hari ini libur Deni..”
Pada waktu itu munculah ide gila dibenak Deni. Deni
langsung pergi ke sebuah rental VCD yang letaknya tidak jauh dari rumah Deni.
Waktu itu Deni sangat beruntung, Deni mendapatkan kaset vCD tersebut, dan film
yang dipinjam Deni bukanlah film cerita tentang kehidupan remaja yang selalu
dipinjam dan ditonton oleh kami. Film yang dipinjam Deni pada waktu itu film
luar yang memang sebuah film yang bukanlah film semi, melainkan film vulgar
atau blue film ataupun bisa dibilang film porno.
Setelah dari tempat penyewaan VCD, Deni segera
pulang dengan perasaan sudah tidak sabar ingin menonton film tersebut
bersama–sama Mbak Eka.
Sesudah sampai, Mbak Eka bertanya pada Deni, “Deni
habis dari mana, kok kayaknya cape Den..?”
Deni langsung menjawab dengan nafas kelelahan,
“Ohh.. oh.., i.. ini Mbak, habis pinjam film, Mbak mau nonton enggak..?” dengan
hati yang berharap supaya Mbak Eka pun ikut menonton.
Dan Mbak Eka pun menjawab, “Emangnya film apaan tuh
Den..?”
“Oh.., ini filmnya pasti deh okey, Mbak pokoknya
pasti ingin nonton deh..!”
Mbak Eka pun akhirnya ingin tau juga apa film
tersebut, “Oke deh Den, tapi Mbak Eka beres–beres dulu yach Den..!”
“Iyah deh Mbak, Deni tunggu di atas..”
Memang di kamar Mbak Eka tidak ada TV dan kebetulan
di kamar Deni ada TV.
Setelah menonton Mbak Eka sangat terkejut melihat
film tersebut.
“Den kok ini film-nya full gar amat, dan Kamu
harusnya enggak nonton yang ginian Den..?”
“Ah Embak.., kan Deni udah gede Mbak, masa harus
nonton film Doraemon melulu, bosankan Mbak.. lagian biar tidak jenuh.”
Mbak Eka pada waktu itu terlihat dirinya terangsang
oleh adegan–adegan yang diperagakan di film tersebut, terlihat Mbak Eka saat
menonton duduknya tidak mau diam dan sekali-kali Mbak Eka pun sepertinya
menelan air ludahnya. Deni pun pada waktu itu sudah pasti batang kejantanannya
sudah menegang, yang rasanya ingin juga melakukan adegan–adegan seperti di film
tersebut, karena sang putri sebagai lawan mainnya sudah di depan mata dia.
Tapi setelah film kedua selesai, Mbak Eka langsung
meminta ijin untuk pergi ke kamar tidurnya dan Deni pun membereskan kaset VCD
tersebut. Tidak lama kemudian Mbak Eka masuk ke kamar mandi, tetapi Deni pada
saat itu tidak ingin lagi mengintip Mbak Eka, melainkan ingin sekali
berhubungan tubuh bersama Mbak Eka.
Deni sambil menunggu Mbak Eka keluar dari kamar
mandi, berpura-pura menonton TV di tengah rumah tersebut. Tidak lama kemudian
terlihatlah Mbak Eka keluar dari kamar mandi yang hanya memakai handuk saja
sehingga pada saat itu Deni pun semakin terangsang ingin sekali langsung
menerkam Mbak Eka.
Mbak Eka pun sambil jalan menuju ke kamar tidurnya
bertanya kepada Deni, “Deni Kamu mau mandi juga..?”
Deni langsung menjawab, “Ah enggak Mbak..!”
Tidak lama kemudian Mbak Eka masuk kamar, dan Deni
pada saat itu langsung saja secara diam–diam ingin mengintip Mbak Eka. Hari itu
adalah suatu keberuntungan bagi Deni, karena ternyata pintu kamar Mbak Eka
tidak ditutup rapat. Pada waktu itu Deni yang tidak berpikir panjang langsung
saja masuk ke dalam kamar Mbak Eka dan langsung menutup pintu Mbak Eka dan
menguncinya. Mbak Eka sangat terkejut karena pada saat itu Mbak Eka sedang
memakai CD-nya yang baru sampai ke pahanya.
“Deni.., Kamu apa–apaan Deni..? Kamu berani kurang
ajar Den..?” kata Mbak Eka terkejut.
Tanpa dihiraukannya omongan Mbak Eka, Deni langsung
menerkam Mbak Eka bagaikan harimau menerkam rusa. Langsung saja Mbak Eka
berontak dan marah. Deni mendorong Mbak Eka ke kasur tidur dan langsung menutup
mulut Mbak Eka agar bungkam seribu kata.
Deni pada saat itu memang sudah kemasukan setan,
Deni langsung menyiumi bibir Mbak Eka sampai dengan payudara Mbak Eka sambil
memegang kedua tangan Mbak Eka. Posisi mereka pada saat itu Deni di atas badan
Mbak Eka yang hanya memakai CD sampai dengan pahanya. Mbak Eka pun berontak,
sehingga Deni menyiumi bibir Mbak Eka tersebut merasa sulit. Setelah itu, Deni
menyiumi bibir, leher dan sampai payudara Mbak Eka. Setelah ada 10 menit dengan
gigitan kecil, akhirnya Mbak Eka sepertinya sudah pasrah akan tindakan Deni
tersebut.
Karena terlihat di wajah Mbak Eka sudah pasrah dan
tidak berontak lagi sambil meneteskan air mata, akhirnya Deni melepaskan
bajunya dan celananya hingga Deni tidak memakai sehelai kain apa pun. Deni
langsung saja melepaskan CD yang akan dipakai oleh Mbak Eka yang hanya sampai
di pahanya. Secara sepontan Deni memegang kedua kaki Mbak Eka dan langsung
menariknya sehingga alat kelamin Mbak Eka sudah di ujung pintu kenikmatan.
Tanpa basa–basi Deni memasukkan batang kejantanannya yang sudah menegang dari
tadi dengan bantuan tangannya, tetapi anehnya batang kejantanan Deni sulit
sekali dimasukkan ke dalam liang keperawanan Mbak Eka, sehingga Deni berusaha
secara paksa.
Akhirnya Deni dapat menembus tembok sempit liang
kewanitaan Mbak Eka, sehingga Mbak Eka langsung menjerit kesakitan, “Ahh..
ahh.. aawww..” karena pada saat itu kesucian Mbak Eka sudah hilang oleh batang
kejantanannya Deni.
Karena mendengar Mbak Eka menjerit, nafsu birahinya
Deni semakin bertambah. Deni terus mengayun batang keperkasaannya ke depan,
mundur-depan-mundur untuk menuju gerbang kenikmatan yang diharapkan Deni pada
klimaksnya berhubungan seks. Sekitar 15 menit kemudian, Mbak Eka merasakan
liang senggamanya sudah lecet, sehingga Mbak Eka ingin sekali melepaskan batang
kejantanan Deni dari liang kewanitaannya. Tetapi Deni tidak melepaskannya,
malahan menarik paha Mbak Eka agar tetap pada keadaannya. Hal ini mengakibatkan
Mbak Eka terlihat lemas sekali dan tidak lagi berontak, karena memang sudah
benar-benar lelah di 20 menit terakhir setelah perlakuan tidak senonoh yang
dilakukan Deni terhadapnya. Tidak lama kemudian, batang kejantanan Deni pun
terasa hangat, lecet, dan akhirnya terasa deyutan–deyutan seperti ingin
mengeluarkan cairan. Dan akhirnya cairan penyumbur Deni pun menyempot ke dalam
liang senggama milik Mbak Eka.
Karena deni melihat Mbak Eka sudah lemas, Deni pun
segera mengambil tindakan langsung menggenjot kembali batang kemaluannya ke
dalam dan keluar liang senggama Mbak Eka secara cepat. Dari mulai sempit hingga
terasa liang senggama Mbak Eka semakin lebar. Memang kali ini tidak menyempit
lagi, laju jalannya batang kemaluan Deni tidak terhimpit lagi dan terasa saat
itu pula terlihat adanya cairan yang dikeluarkan dari liang senggama Mbak Eka.
Pemandangan ini membuat Deni bertambah semangat.
Mbak Eka pada saat kelelahan hanya bisa
mengucapkan, “Ahh.. ahh.. iih.. uuhh.. aaw.. uuh.. iihh.. eehh..” saja.
Dan deni tidak berkata apa–apa karena terlalu
nikmatnya perasaan yang dapat Deni rasakan saat itu.
Hingga ada 1 jam berlanjut, Deni akhirnya
melepaskan batang kejantanannya dari dalam liang kewanitaan Mbak Eka. Terlihat
cairan mani yang bercampur antara yang dikeluarkan oleh batang keperkasaan Deni
dengan air mani yang dikeluarkan oleh Mbak Eka. Mbak Eka hanya tergeletak
setelah Deni tidak lagi menggagahinya. Mbak Eka terhempas ke dalam penderitaan
birahi dengan tubuh tidak tutupi apa–apa dan matanya sayu meneteskan air mata.
Deni karena kelelahan juga tergeletak di samping Mbak Eka dan menikmati
keberhasilan dirinya yang telah mencapai kenikmatan dalam berhubungan badan
yang selalu diinginkannya.
Setelah beberapa lama, Deni dan Mbak Eka tergeletak
di kasur. Deni segera bangun dan langsung menerkam Mbak Eka kedua kalinya
dengan memeras payudara Mbak Eka, sehingga Mbak Eka kembali mengucapkan
desahannya.
“Ahh.. ahh.. Den jangan.. diterusin Denn.. jangann..
Denn..!”
Deni tidak menghiraukan ucapan Mbak Eka tetapi
justru langsung Deni meraba–raba dan sekali-kali memasukkan tangannya ke dalam
liang kewanitaan Mbak Eka. Mbak Eka menjerit kesakitan karena liang senggamanya
seperti dirobek–robek oleh tangan nakal Deni.
“Aaawww.. awww.. iihh.. uuhh.. aauuw..!”
Seteleh itu keluarlah cairan yang hangat dari liang
senggama Mbak Eka. Deni langsung menjilati cairan tersebut dari liang
kewanitaan yang sudah banjir milik Mbak Eka. Mbak Eka pun anehnya tidak
kesakitan, tetapi justru kegelian.
“Den.. Den.. aduh.. geli.. Den.. geli.. Den..!”
Karena batang keperkasaan Deni masih sangat tegang
tetapi Deni juga melihat Mbak Eka sudah benar–benar kelelahan. Akibatnya, Deni
langsung mengocok (mengonani) batang kejantanannya dengan tangannya dengan
frekuensi yang sangat cepat, sehingga Deni ingin mengeluarkan air maninya.
Tanpa memberi aba-aba, Deni langsung menyodorkan kemaluabnnya tepat di mulut
Mbak Eka. Tidak lama kemudian air mani menyempot ke mulut Mbak Eka dan langsung
Deni menyusut-nyusutkan batang kejantanannya ke mulut Mbak Eka yang masih
tergeletak kelelahan di kasur.
Deni langsung mengambil tangan Mbak Eka dengan
bantuan tangannya sendiri untuk memegang batang keperkasaannya yang sudah loyo.
Deni menyuruh Mbak Eka untuk memegang dengan kepalan yang keras dengan bantuan
tangan Deni dan langsung mengayunkan keluar ke dalam hingga Deni merasa puas
pada saat itu.
Setelah kejadian tersebut, hubungan Deni dan Mbak
Eka menjadi renggang. Dan beberapa minggu sesudah itu, akhirnya Mbak Eka pindah
kontarkan. Tidak lagi di rumah Deni. Dan akhirnya Deni sangat kehilangan Mbak
Eka karena memang secara diam–diam Deni pun mencintai Mbak Eka.
“Mbak Eka-ku sayang Mbak Eka-ku malang..” ucap Deni
dengan menyesal.
Baca juga :
Very good idea you've shared here, from here I can be a very valuable
ReplyDeletenew experience. all things that are here will I make the source of
reference, thank you friends...
obat vimax canada
obat hammer thor's
obat pembesar klg
obat pembesar penis
vimax canada
pembesar penis
obat pembesar
agen vimax
apotik vimax
obat penis bikin besar
pembesar klg
distributor vimax
Cara mempembesar dan perpanjang alat vital pria